[STORY] Body Shaming, The Reason I Need to Lose Some Weights
Hi, Everyone!
Aku kembali dengan membawa tulisan lama yang belum sempat dipublikasikan!
Sumber gambar : Pexels.com
Somewhere, 25 November 2018
Saat ini aku sedang menjalankan peranku sebagai
mahasiswa di salah satu universitas swasta. Umurku 20 tahun setengah di akhir
tahun ini (April 2019, sebentar lagi akan menuju ke 21 tahun). Tinggiku kurang lebih 164 cm, dan beratku sekitar 71-72 kg.
Percayalah beberapa bulan yang lalu beratku masih sekitar 68 kg dan tiba-tiba
sudah bertambah beberapa kilo!! Oh my.. Let me tell you the story first.
Awalnya aku sama sekali tidak mempermasalahkan bentuk
dan berat badanku. Sebelum berada di tingkat pendidikan SMK, aku jarang sekali
menimbang berat badanku. Mungkin terakhir kali saat SMP, atau saat kebetulan
bertemu dengan si timbangan di klinik dokter yang aku datangi saat aku sakit.
Nah, di UKS sekolahku waktu itu ada timbangan. Di kelasku saat itu – pas SMK
kelas 3, hanya ada 7 murid perempuan termasuk aku pergi ke UKS untuk menimbang
masing-masing berat kami. Dan kalian tahu siapa yang paling berat di antara
kami?? Ya, AKU!! HAHAHA.. Jujur beberapa orang mengatakan bahwa aku sedikit
terlihat lebih gemuk dibandingkan setahun lalu atau saat berada di kelas 2 SMK.
Naik berat badan karena beberapa faktor, salah satunya waktu kenaikan kelas
dari 2 ke kelas 3 aku menghabiskan waktu hampir 3 bulan untuk magang di salah
satu perusahaan karena semua murid SMK wajib melakukannya.
Makan makin banyak
karena setiap jam istirahat aku dan teman yang magang bareng aku, langsung
pesen nasi + ayam goreng yang sambelnya ENAK BANGET ASTAGAAA.. Yang restorannya
pas di sebelah ruko kantor tempatku magang. Sering banget pesen nasi + ayam
goreng itu dan juga sering banget makan di tempat lainnya. Makan di luar
membuat aku tidak bisa mengontrol berat badanku.
Setelah selesai magang atau saat masuk kelas 3 SMK,
beratku saat itu 65 kg dengan tinggi 164 cm, cukup tinggi dibandingkan dengan
temanku yang lain. Dengan berat dan tinggi segitu aku jadi terlihat bongsor –
berbadan tinggi dan besar dibandingkan yang lain. Tapi, saat itu aku belum
begitu pusing harus diet atau yang lainnya. Karena saat aku cek BMI (Body Mass
Index) tubuh aku, 65 kg masih tergolong normal (nilainya sekitar 25 koma sekian).
Kalau kalian mau coba cek berapa BMI kalian, bisa klik link ini CEK BMI.
Nah, sejak saat itu aku masih betah dengan bentuk
tubuh seperti ITU. Badan bongsor, kalau kata orang. Tinggi dan BESAR. Biarlah
orang mau berkata apa tapi saat itu, i was really love myself just the way i
am.
Mulai masuk dunia perkuliahan, aku juga masih biasa saja.
Semakin waktu berjalan, berat aku naik 3 kg menuju 68kg (overweight). Alasan
terbesarnya karena STRESS. Kehidupan mahasiswa pada awalnya buat aku yang belum
begitu terbiasa sangat melelahkan. Banyak tugas dan masalah lain, membuat aku
SANGAT STRESS. Dan stress membuat aku pengen makan yang banyak buat mengalihkan
itu semua. Di tahun-tahun pertama kuliah, aku kembali ketemu sama teman-teman
lama entah dari SMP atau SMK. And almost all of them said that i’m getting
fatter than before! *BODY SHAMING ALERT*
Siapa pun yang dibilang begitu sama teman sendiri,
rasanya tuh.......... Tidak bisa dituliskan lah. Kecewa, iya. Setuju, juga iya
karena begitu kenyataannya kalau aku makin seksi alias ‘gemuk’
dibandingkan sebelumnya. Sedih, banget lah ya, karena ketemu teman lama seharusnya kita senang dan mau kangen-kangenan, tapi pas ketemu malah dibilang
begitu. Feels really lonely for suddenly, a little bit of frustrated when my
friends said that things to me. Karena bukannya aku sendiri yang mau ‘menggemukkan
diri’, tapi untuk beberapa alasan yang mereka bahkan tidak tahu detailnya
makanya aku jadi gemuk. Bukannya aku sendiri yang mau tetap ‘gemuk’, aku juga
pernah berusaha untuk menjalankan hidup yang lebih sehat dengan diet dan
sebagainya. Hanya belum berhasil... hingga sekarang.
Pertengahan tahun lalu, ini percakapan aku dengan
seorang teman saat baru bertemu setelah 1 tahun tidak bertemu. Ya, aku
masih benar-benar ingat ucapan mereka, setiap kata!
Friend : “Kok sekarang makin gemukan, ya?”
Me : “Iya nih, gue stress banget soalnya.
Kalo stress gue larinya ke makan”.
Friend : “Beda ya sama gue. Gue kalo stress malah
makin kurus!”
NAH! Kalau kalian *yang baca tulisan ini sekarang*, bagaimana
kalian akan merespon pertanyaan semacam itu? Please let me know about your
responses on the comment below!
Cuma itu? Oh tentu tidak... Ini kasus kedua. Dia salah
satu teman terdekat aku saat SMK.
Friend : “Kok
sekarang lu makin gemukan? Lu makannya banyak?”
Sejenak aku diam dong dengar dia nanya begitu...
Me :
“Ngemil! Gue makan berat sedikit, cuma ngemilnya ajaa yang BANYAK”
Dan aku lupa bagaimana temanku itu merespon
setelahnya...
Mungkin akan ada yang bilang, ‘Ah, baper banget sih
dibilang begitu doang!’, ‘Ah, gak seberapa kok’, ‘Ah, sensi banget sih digituin
doang’. Percayalah, kata-kata barusan hanya akan diucapkan oleh orang-orang
yang mungkin rasa empatinya kepada orang lain semakin menipis. Karena satu
ucapan dari mulut kalian benar-benar bisa menyakiti hati seseorang. Orang itu
bisa selalu teringat dengan ucapan kalian yang men-jugde tubuh mereka,
dan kalian tidak akan tahu apa yang mereka rasakan dan apa yang mungkin akan
mereka lakukan setelahnya.
So, please everyone... Stop body shaming! Stop
telling people some things about their body, face, or anything. Even if you
tell it to your own friends, make sure it won’t hurt their feelings. But how
can you know about their feelings? They may be smile in front of you. But
inside, they may feel disappointed, sad,
stress, depressed. Because you actually don’t even know anything about
their feelings.
Aku menulis hal itu seakan aku tidak pernah men-judge fisik orang lain? Tentu tidak. Aku yakin semua orang, sengaja atau tidak
sengaja pernah mengatakan sesuatu tentang fisik orang lain. Termasuk aku.
Lanjut ke Part berikutnya...!
See you later!
Sincerely,
Me
Comments
Post a Comment